bee Pages

Friday, September 16, 2016

Elementary OS 0.4 - Loki

Finally...
Setelah selesai dengan urusan skripsi dan segala hal yang membutuhkan ketelatenan, sekarang bisa kembali fokus sama urusan yang lain-lain...



Saya ingin sedikit bercerita mengenai 'pindah' OS ke Linux setelah sebelum-sebelumnya saya adalah pengguna setia windows. Sudah mencicipi berbagai macam versi windows. Sejak awal mulai 'ngeh' sama dunia komputer, saat itu dikantor tempat saya bekerja masih menggunakan windows XP. Kemudian pertama kali punya laptop, entah beberapa tahun yang lalu, saat itu masih baru-barunya windows vista, dan sayapun mencicipi versi windows yang bagi kebanyakan orang merupakan versi 'failed'-nya microsoft. Well, saya bukan pengguna komputer yang advance, saya hanya menggunakan laptop atau komputer sekedar untuk keperluan pengetikan dokumen (saat itu saya bekerja sebagai seorang staff administrasi) dan sedikit aktifitas 'fun' dengan social media. Jadi bagi saya, penggunaan windows vista bukanlah sesuatu yang 'bermasalah'. Saat itu saya sedikit 'ngeh' bahwa saya cenderung suka dengan tampilan windows vista yang terbilang cukup modern jika dibandingkan dengan windows XP tentunya.

Kemudian saya beralih ke windows 7 saat saya ganti laptop. Dan penggunaan windows ini menurut saya sudah sangat memenuhi ekspektasi saya, walaupun tentu saja saya bukan orang yang ahli komputer saat itu (sampai sekarangpun masih belum bisa dibilang ahli), tapi windows 7 sudah cukuplah untuk memenuhi kebutuhan office dan sedikit 'fun'.




Setelah beberapa tahun saya menggunakan windows 7 dengan laptop yang sama saat itu (kalau tidak salah, saat itu saya menggunakan ASUS type A (lupa type-nya). Setelah sekitar setahun, saya mengganti laptop saya menjadi Asus X201E, yang saat itu sudah menggunakan Windows 8 yang kemudian dapat update 8.1. Menurut saya, versi windows ini benar-benar fresh dan menyegarkan pengalaman dalam mengoperasikan windows. Selalu ingat sama 'Charm' bar serta 'tiles'-nya.

Nah, kemudian cerita agak sedikit lebih menarik ketika setelah dua tahun memakai X201E, saya memutuskan untuk mengganti laptop saya dengan yang 'slightly higher'. Bertepatan dengan tugas membuat film pendek dari kampus, Dan atas rekomendasi teman, saya memutuskan untuk menggunakan Lenovo G40-45 versi AMD A8. Dan saat pembelian, teman saya menginstall windows 10 kedalamnya. Unfortunately, baru pemakaian selama 2 bulan, laptop tersebut Mati, tidak bisa charge.



Sayapun membawanya ke service center Lenovo-nya. Setelah menunggu sekitar hampir satu bulan, akhirnya selesai sudah service tersebut, pihak service center mengatakan bahwa ada masalah pada mainboard, sehingga mereka menggantinya dengan yang baru. Kemudian setelah pemakaian sekitar sebulan, suatu saat ketika saya coba menghidupkan laptop tersebut, laptop tersebut mati total. Saya pasrah...

Tiba saatnya ketika saya sudah harus mulai mengerjakan skripsi. Saat itu, sayapun bingung, apa yang harus saya lakukan? Membawa ke service center, tentu saja harus menunggu entah sampai berapa lama.  Lalu bagaimana nasib skripsi saya?


Alhamdulillaah, ada sedikit rezeki, sayapun memutuskan untuk membeli laptop yang terjangkau, dan pilihan saya jatuh ke Asus E202SA, thunder blue.

Saya mulai melirik System Operasi lain yang free, dan saat itu pilihan saya jatuh ke Ubuntu 16.04. It works like a charm! Saya terpesona dan sangat menikmati tampilannya yang fresh, meskipun harus saya akui bahwa saya bukan 'fans' dari Unity Desktop. Tampilannya yang benar-benar jauh berbeda dengan windows yang selalu saya gunakan benar-benar menghibur dan sekaligus menyenangkan, tidak membosankan. Sebenarnya saya sudah mulai menikmati dalam memakai Ubuntu versi terbaru LTS tersebut. Tetapi kemudian, sehubungan dengan penulisan skripsi yang memiliki format penulisan khusus, akhirnya saya mencoba menulis skripsi dengan menggunakan Libre Office Writer yang memang sudah terinstall langsung didalam system Ubuntu. Namun, ternyata format yang sudah saya buat di Microsoft Word, semuanya berubah ketika saya buka dan coba edit dengan menggunakan Libre Office. Saya sudah mencoba banyak hal, namun tetap saja saya merasa kewalahan harus kembali meng-edit dokumen skripsi, akhirnya saya berfikir ulang tentang penggunaan kembali windows di laptop saya.

Sempat terfikir oleh saya bahwa saya mungkin memang sudah merasa 'bergantung' kepada windows.

Saat itu, saya belum mengerti tentang Dual-Boot, sehingga akhirnya sayapun kembali menginstall windows 10. Dan selagi menulis skripsi, sayapun mulai mengenal Linux Distro melalui video-video di youtube ataupun dari beberapa forum Linux. Terus terang, hal yang pertama kali saya lihat atau pertimbangkan dalam memilih suatu distro linux adalah dari penampilannya. Tentu saja, sudah begitu lama mengenal windows, saya butuh suasana yang baru, yang menyegarkan.

Selagi menulis skripsi, saya sering 'menyempatkan' diri untuk memantau banyak distro linux. Mulai dari Elementary OS Freya (Loki belum lahir), Deepin Linux (tampilannya benar-benar fresh, menyenangkan), Zorin OS (fresh, tapi sayangnya untuk versi yang Core hanya disertai dengan theme windows), Pear OS (seperti mac, cantik), Pearl OS (versi pengembangan dari Pear, I guess), Linux Mint 18 (secara tampilan sih menurut saya lumayan standar, hampir bisa dibilang seperti windows juga) dan ada banyak lagi Distro yang saya coba lewat USB-LiveCD. Menyenangkan rasanya bisa mencoba banyak distro dengan berbagai tampilan yang berbeda dan 'baru'.

Sampai akhirnya, skripsi saya selesai dalam waktu yang lumayan singkat, lulus sidang skripsi. Saya mulai mempelajari tentang kemungkinan untuk memasang 'dual-boot' di laptop saya. Awalnya saya sangat bersemangat untuk memiliki laptop dengan dual boot. Saya pikir, saya menyukai tampilan fresh serta fitur-fitur yang menarik dari Linux, tetapi saya tetap menginginkan beberapa aplikasi yang hanya ada di windows (sampai kemudian saya juga mengetahui bahwa kita bisa menginstall beberapa aplikasi windows pada program 'wine' yang di install dalam sistem linux) seperti iTunes. Yup, saya punya iPod shuffle yang walaupun sudah berumur lumayan tua, tapi masih bekerja dengan sangat sempurna, selalu menemani perjalanan saya selama ini. Sayapun sempat mencoba untuk menginstall beberapa distro, yang sayangnya tidak bisa berjalan pada sistem UEFI yang sayangnya berlaku pada laptop windows 10 model baru seperti Asus E202SA saya. Sayapun sempat mencari informasi dari internet mengenai cara-cara melakukan penginstalan linux pada UEFI sistem.

Mungkin saya terlalu malas untuk mempelajari trik-triknya atau memang saya perlahan mulai merasa bahwa saya lebih ingin menggunakan linux dibanding windows, akhirnya sayapun menyerah...




Pilihan saya akhirnya jatuh ke Elementary OS Loki...

Well, Loki benar-benar sesuai dengan ekspektasi saya. Tampilannya cantik, segar dan sejauh ini saya tidak pernah mengalami kendala-kendala yang mengganggu. Awalnya memang, Loki terlihat begitu simpel, hanya ada beberapa aplikasi bawaan. Tapi menurut saya, ini adalah suatu keuntungan karena pada akhirnya, user seperti sayalah yang merasakan manfaatnya. Jadi, sistem tidak terlalu 'berat' dan sayapun bebas untuk memilih aplikasi apa saja yang ingin saya install di dalam Loki saya melalui AppCenter.

Apa saja yang sudah saya lakukan dengan Loki saya?

Adakah yang juga menggunakan Loki sebagai OS utama pada laptopnya?

No comments:

Post a Comment